NARASITODAY.COM – Sebagai kota pintar atau Smart City, Kota Bogor terus melakukan upaya pengembangan melalui enam aspek atau indikator penerapan Smart City.
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim mengatakan bahwa keenam aspek Smart City yakni Smart Economy, Smart Environment, Smart Living, Smart Mobility, Smart People, Smart Government.
Bersamaan dengan Smart City, Kota Bogor juga memiliki konsep Green City dan Heritage City yang ketiganya berjalan beriringan.
Smart City pada aspek Mobility, yang sinkron dengan konsep Green City adalah upaya penataan sistem transportasi yang disinergikan dengan tiga proyek strategis nasional di Kota Bogor, yakni Bogor Outer Ring Road (BORR), Double Track Bogor-Sukabumi yang direncanakan akan berlanjut hingga Yogyakarta dan perencanaan Light Rail Transit (LRT) hingga Kota Bogor.
“Dari tiga proyek strategis nasional ini Kota Bogor harus antisipasi untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Kita sinergikan proyek strategis nasional ini dengan transportasi modern baru efisien yang namanya trem,” kata Dedie Rachim saat menjadi keynote speaker diskusi publik Smart City Talk, yang digelar Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Aptiknas) di IPB International Convention Center (IICC), Kamis (25/1/2024) lalu.
Dengan konsep itu, lanjut Dedie Rachim, pola mobilty masyarakat akan sejalan dengan konsep Smart City yang juga masuk ke dalam Smart People.
Selanjutnya, Smart City yang berkaitan dengan aspek Smart Environment yang sejalan dengan Green City dan Heritage City, yakni rencana pemindahan kantor pemerintahan di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor.
Karena, lanjut Dedie, dalam mendukung Green City yang berkenaan juga dengan Smart City untuk mengurangi beban mobilitas di tengah kota, ke depan pusat kota harus juga steril dari bahan bakar fosil.
“Artinya kita punya modalitas untuk mewujudkan Smart City, Green City dan Heritage City dengan menyelamatkan lingkar Istana Bogor,” ujarnya.
Sehingga lanjut Dedie, pusat kota Bogor bisa terbebas dari kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil.
“Karena dari situ konsepnya adalah memindahkan 21 OPD ke Katulampa. Ini konsep mungkin belum dinikmati di angkatan kita, mungkin nanti, ya tapi kalau kita tidak mulai konsep Smart City ini, bagaimana kita mau mewujudkan aspek mobility tadi itu, belum lagi aspek smart living dan sebagainya. Jadi semuanya harus dimulai dari satu hal yang tidak mudah dilakukan,” katanya.
Di sisi lain, pada aspek Smart Government Kota Bogor pun sudah menciptakan berbagai aplikasi untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat dan melakukan efisiensi.
Saat ini, Kota Bogor juga memiliki Mal Pelayanan Publik yang melayani 141 layanan yang bisa diakses oleh masyarakat.
Diskusi publik bertema ‘How Important Infrastructure Technology to Welcome the Smart City’, yang dihadiri Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bogor, Rahmat Hidayat dan berbagai OPD di lingkungan Pemkot Bogor ini diinisiasi oleh Pengurus Aptiknas DPD Bogor.
Ketua Umum Aptiknas, Soegiharto Santoso mengatakan, Aptiknas selaras menjalankan visi dari gerakan Aptiknas Smart Nation untuk memberikan kontribusi kepada sektor pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
“Kegiatan ini merupakan kerja sama dari Pemkot Bogor dan Aptiknas. Tentu saja cita-cita kami menjalankan salah satu program tentang Smart City seperti juga yang disampaikan wakil wali kota tentang Green City,” kata Soegiharto Santoso.
Hal yang sama juga disampaikan Ketua Aptiknas DPD Bogor, Azka Bazil Danish Rahmat yang menyampaikan bahwa Smart City adalah sebuah kota yang menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efektifitas dan kenyamanan kehidupan bermasyarakat.
“Penerapan Smart City sudah menjadi perhatian global dalam beberapa tahun terakhir, karena disebabkan beberapa faktor. Diantaranya perkembangan pesat teknologi, TIK dalam meningkatkan kebutuhan masyarakat atas layanan lebih baik dan tuntutan untuk mengurangi dampak lingkungan dari hadirnya teknologi,” ujarnya. ***