NARASITODAY.COM – Aktivis dan budayawan akan menggelar tradisi Rebo Wekasan atau Sedekah Ketupat pada Rabu, 4 September mendatang, di Rest Area Gunung Mas, Puncak, Cisarua, Bogor.
Kegiatan ini bertajuk “Puncak Ngahiji Gerebeg Kupat” dan merupakan bagian dari tradisi masyarakat Sunda yang dilaksanakan pada hari Rabu sakral, Rebo Wekasan.
Rebo Wekasan sendiri jatuh pada Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Islam.
Dipercaya oleh para ulama, hari ini adalah waktu di mana 320.000 bala atau penyakit turun ke bumi.
Sebagai upaya untuk menghindari musibah tersebut, umat Muslim biasanya melaksanakan sholat dan doa tolak bala.
Ustadz Muhammad Ibnu Malik, Tokoh Agama dan Ketua Pelaksana acara ini, mengajak seluruh masyarakat dan stakeholder di kawasan Puncak untuk berpartisipasi.
“Sedekah kupat atau Rebo Wekasan ini adalah budaya tradisi yang sudah mengakar dan menjadi kearifan lokal. Kita perlu menjaga, memelihara, dan melestarikannya,” ujarnya.
Uniknya, tradisi sedekah ketupat ini hanya ditemukan di tiga kecamatan di Kabupaten Bogor: Ciawi, Megamendung, dan Cisarua. Tradisi ini menjadi warisan budaya yang khas dan tidak ada di tempat lain.
Selain acara keagamaan, perayaan Rebo Wekasan juga dimeriahkan oleh para penjual cangkang ketupat, terutama di pasar Cisarua.
Iwan, seorang pedagang cangkang ketupat, mengatakan bahwa ketupat menjadi ciri khas dalam perayaan ini dan memberikan berkah bagi para pedagang.
“Saya jual satu cangkang ketupat seharga Rp 1.000, per 10 jadi Rp 10.000,” jelasnya.
Ia berharap tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi ikon budaya di kawasan Puncak.
“Diharapkan tradisi sedekah kupat ini bisa terus dijaga dan menjadi identitas budaya yang membanggakan bagi masyarakat Bogor, khususnya di kawasan Puncak,” tutupnya.***