NARASITODAY.COM – Pat Gelsinger CEO Intel baru-baru ini mengungkapkan penyebab utama keterpurukan perusahaan yang telah menghadapi berbagai tantangan serius dalam beberapa tahun terakhir. Dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di markas besar Intel di Santa Clara, California, Gelsinger menjelaskan bahwa Intel tidak dapat memenuhi proyeksi pendapatan yang diharapkan, terutama terkait dengan penjualan chip akselerator Gaudi, yang sebelumnya diperkirakan dapat menghasilkan lebih dari USD 500 juta.
Namun, kinerja aplikasi kecerdasan buatan (AI) yang didukung oleh chip tersebut tidak berjalan sesuai harapan, dan Gelsinger mengaitkan masalah ini dengan lambatnya penerimaan software terkait Gaudi serta transisi dari generasi chip kedua ke ketiga.
“Ketika kami meluncurkan chip Gaudi, kami memiliki ekspektasi tinggi untuk penerimaan pasar. Namun, kami menyadari bahwa software pendukungnya belum sepenuhnya siap dan ini berdampak pada adopsi teknologi kami di kalangan pengembang,” ungkap Gelsinger dengan nada serius.
Ia juga menambahkan bahwa kompetisi yang ketat dari rival seperti Nvidia, yang telah lebih unggul dalam pengembangan teknologi AI dan memiliki ekosistem yang lebih matang, turut berkontribusi terhadap kesulitan yang dialami Intel.
Gelsinger mencatat bahwa proyeksi pendapatan yang seharusnya bisa mencapai USD 1 miliar ternyata jauh dari kenyataan.
“Kami harus mengakui bahwa kami terlambat memasuki pasar AI dan kehilangan momen penting untuk bersaing secara efektif. Ini adalah pelajaran berharga bagi kami dan kami berkomitmen untuk tidak mengulang kesalahan yang sama di masa depan,” jelasnya.
Dalam wawancara terpisah setelah konferensi pers, Gelsinger menjelaskan lebih lanjut tentang langkah-langkah strategis yang akan diambil oleh Intel untuk memulihkan posisinya di pasar.
“Kami sedang melakukan evaluasi menyeluruh terhadap lini produk kami dan berinvestasi dalam penelitian serta pengembangan untuk memastikan bahwa kami dapat menghadirkan inovasi yang relevan dan kompetitif,” katanya. Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi dengan mitra industri dan akademisi untuk mempercepat pengembangan teknologi baru.
Kondisi ini diperparah oleh keputusan Intel untuk menghentikan pembayaran dividen dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 15% karyawannya sebagai bagian dari upaya restrukturisasi untuk menghemat biaya.
“Keputusan ini tidak pernah mudah, tetapi kami percaya bahwa langkah-langkah ini diperlukan untuk memastikan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang,” tambah Gelsinger dengan nada penuh empati terhadap karyawan yang terdampak.
Saham perusahaan juga mengalami penurunan signifikan, mencerminkan ketidakpastian di pasar dan kekhawatiran investor terhadap masa depan Intel.
“Kami memahami bahwa kepercayaan investor sangat penting bagi keberhasilan kami. Kami berkomitmen untuk transparan mengenai langkah-langkah yang kami ambil dan hasil yang akan dicapai ” tegasnya.
Gelsinger menegaskan bahwa meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, Intel tetap berkomitmen untuk memenuhi tujuan ambisius yang telah ditetapkan dan berusaha keras untuk bangkit kembali.
“Kami tidak meminta maaf karena menetapkan target ambisius untuk tim kami dan akan berusaha melampaui tujuan yang ditetapkan,” jelasnya dengan semangat.
Dengan berbagai langkah strategis yang sedang diambil dan fokus pada inovasi serta pengembangan produk baru, Intel berharap dapat kembali ke jalur pertumbuhan dan mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemimpin di industri semikonduktor global.
“Kami percaya bahwa dengan kerja keras dan dedikasi tim kami, Intel akan kembali menjadi kekuatan dominan dalam industri ini,” tutup Gelsinger penuh keyakinan.***