NARASITODAY.COM – Pertanian di Indonesia masih menghadapi kekurangan tenaga penyuluh pertanian. Menurut Kementerian Pertanian (Kementan), rasio penyuluh pertanian di desa-desa dengan potensi besar produk pertanian masih belum ideal.
Hingga akhir tahun 2023, jumlah tenaga penyuluh pertanian yang tercatat di Kementan sebanyak 47.606 orang.
Namun, jumlah ini masih jauh dari kebutuhan ideal yang sekitar 75 ribu orang tenaga penyuluh untuk seluruh desa di Indonesia yang berpotensi pertanian.
Kekurangan tenaga penyuluh ini juga berdampak pada sektor pertanian di Kabupaten Bogor.
Berdasarkan data yang ada, jumlah penyuluh pertanian di kabupaten ini masih jauh dari kata cukup. Ateng Muhamad Naseh, Ketua Tim Ketenagaan Penyuluh Pertanian dari Dinas Ketahanan Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DISTANHORBUN) Kabupaten Bogor, mengungkapkan bahwa satu penyuluh pertanian di Kabupaten Bogor harus menangani dua hingga tujuh desa.
“Di Kabupaten Bogor, jumlah penyuluh pertanian yang bertugas mulai dari dua desa hingga lebih dipegang oleh satu penyuluh saja. Sehingga, kondisi tenaga penyuluh pertanian di Bumi Tegar Beriman ini masih belum cukup,” kata Ateng kepada wartawan, Kamis (1/08/2024).
Saat ini, Kabupaten Bogor memiliki 175 Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan 190 Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS). Namun, jumlah ini masih belum mencukupi kebutuhan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian, idealnya satu desa dipegang oleh satu penyuluh. Dengan 435 desa dan kelurahan di Kabupaten Bogor, sistem Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) digunakan untuk mengoptimalkan tugas penyuluh.
“Jumlah penyuluh pertanian masih kurang sekitar 75 orang lagi, meskipun jumlah PPS sudah mencapai 190 orang,” tambah Ateng.
Meski demikian, kekurangan tenaga penyuluh tidak mempengaruhi hasil produksi pertanian di Kabupaten Bogor. Hasil pertanian seperti padi, palawija, dan sayur mayur tetap stabil.
Titik Mulyati, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, menambahkan bahwa salah satu faktor utama kurangnya tenaga penyuluh pertanian adalah minimnya minat generasi muda terhadap industri pertanian.
“Kurangnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian menjadi salah satu penyebab utama kurangnya tenaga penyuluh di Kabupaten Bogor, terutama di Ciampea,” ungkap Titik.
Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya upaya peningkatan minat generasi muda terhadap sektor pertanian serta perlunya rekrutmen lebih banyak tenaga penyuluh untuk memastikan keberlanjutan dan peningkatan kualitas produksi pertanian di Kabupaten Bogor.