Malam Hari, Saatnya Gejala Depresi Muncul: Mengapa Ini Terjadi?

0
Ilustrasi Gejala Depresi

NARASITODAY.COM Malam hari sering dianggap sebagai waktu istirahat dan relaksasi, tetapi bagi banyak orang, periode ini justru menjadi saat ketika gejala depresi paling intens. Fenomena ini tidaklah aneh, karena beberapa faktor biologis dan psikologis yang terkait dengan ritme sirkadian tubuh manusia. Ritme sirkadian tubuh manusia adalah mekanisme internal yang mengatur kapan kita merasa waspada, lapar, dan mengantuk. Mekanismen ini juga mengatur proses-proses penting seperti suhu tubuh, kadar hormon, dan sistem kekebalan tubuh. Di malam hari, kelenjar pineal melepaskan hormon melatonin yang membantu menginduksi tidur.

Namun, jika jam tubuh tidak selaras dengan siklus tidur-bangun, hal ini dapat berdampak negatif pada suasana hati. Orang yang bekerja di luar jam kerja reguler, misalnya, lebih rentan mengalami peningkatan risiko depresi dan kecemasan.

Baca Juga :  Ciptakan Momen Makan Malam Spesial dengan Ikan Kakap Goreng Saus Cabe Tomat

Selain itu, malam hari juga identik dengan suasana tenang dan minimnya distraksi. Sayangnya, bagi sebagian orang, kondisi ini justru memicu kekambuhan atau perburukan gejala depresi

Berikut adalah beberapa alasan mengapa gejala depresi sering muncul di malam hari:

1. Jam Tubuh dan Hormonal

Jam tubuh atau ritme sirkadian tubuh manusia memiliki peran penting dalam mengatur kapan kita merasa waspada, lapar, dan mengantuk. Sistem ini juga mengatur proses-proses penting seperti suhu tubuh, kadar hormon, dan sistem kekebalan tubuh. Di malam hari, kelenjar pineal melepaskan hormon melatonin yang membantu menginduksi tidur. Namun, jika jam tubuh tidak selaras dengan siklus tidur-bangun, hal ini dapat berdampak negatif pada suasana hati. Orang yang bekerja di luar jam kerja reguler, misalnya, lebih rentan mengalami peningkatan risiko depresi dan kecemasan.

Baca Juga :  Hadir di Desa Sukajadi, Calon Wakil Bupati Bogor Jaro Ade Tampung Aspirasi Masyarakat

2. Aktivitas Minimal dan Renungan

Malam hari identik dengan suasana tenang dan minimnya distraksi. Sayangnya, bagi sebagian orang, kondisi ini justru memicu kekambuhan atau perburukan gejala depresi. Tanpa adanya aktivitas yang membanjiri pikiran, individu dengan depresi lebih mudah terjebak dalam renungan negatif. Emosi negatif seperti ketakutan, kekecewaan, dan keputusasaan dapat muncul dan memburukkan suasana hati.

3. Kurangnya Sinar Matahari

Sinar matahari juga memiliki efek signifikan pada mood seseorang. Minimnya paparan sinar matahari diketahui mengurangi produksi serotonin, hormon yang memperbaiki suasana hati dan mood. Oleh karena itu, tidak heran jika mood seseorang lebih mudah memburuk pada malam hari ketika paparan sinar matahari minimum.

Baca Juga :  Liverpool Dimusim Ini: Apa Iya Liverpool Kini Berubah?

4. Kebiasaan Bermain Gadget

Kebiasaan bermain gadget sebelum tidur juga dapat memperburuk gejala depresi. Paparan cahaya biru dari layar gadget dapat mengganggu jam biologis tubuh atau ritme sirkadian, sehingga meningkatkan risiko depresi di malam hari. Hal ini membuat seseorang lebih sulit untuk mengalihkan perhatian dari gejalanya dan memperburuk kualitas tidurnya.

gejala depresi sering muncul di malam hari karena kombinasi faktor biologis dan psikologis yang terkait dengan ritme sirkadian tubuh manusia.***