NARASITODAY.COM – Dalam film horor “Don’t Knock Twice”, sutradara Caradog W. James membawa penonton ke dalam dunia gelap yang dipenuhi oleh mitos urban dan ketakutan mendalam.
Film ini berpusat pada kisah Jess, seorang pematung terkenal, yang berusaha memperbaiki hubungan dengan putrinya yang terasing, Chloe.
Jess memutuskan untuk menjemput Chloe dari panti asuhan, namun keinginan tersebut disambut dengan penolakan keras dari Chloe yang enggan bertemu ibunya.
Perjalanan cerita berlanjut saat Chloe, yang mencoba mencari pelarian dari masalah pribadinya, menghabiskan waktu bersama teman laki-lakinya, Danny.
Suatu malam, mereka berdua memutuskan untuk menghadapi sebuah mitos urban yang telah lama menjadi bahan pembicaraan di kota mereka.
Mitos tersebut berkisar pada rumah tua yang pernah dihuni oleh Mary Aminov, seorang wanita yang bunuh diri setelah dituduh menculik seorang anak bernama Michael.
Menurut legenda, Mary adalah penyihir jahat yang sering menculik anak-anak untuk dijadikan tumbal.
Keberanian mereka diuji ketika Danny menantang Chloe untuk mengetuk pintu rumah Mary sebanyak dua kali, meskipun mereka tidak percaya pada mitos tersebut.
Ketukan pertama, konon, akan membangunkan iblis bernama Ginger, sementara ketukan kedua akan membangunkan Mary.
Dengan rasa penasaran dan keberanian yang buta, Danny dan Chloe mengikuti ritual tersebut.
Namun, sesuai dugaan buruk, Danny menjadi korban pertama dari kebangkitan kekuatan jahat yang mereka ganggu.
“Don’t Knock Twice” menghadirkan atmosfer yang mencekam dan intens, di mana setiap ketukan membawa penonton semakin dekat pada teror yang mengintai.
Film ini mengeksplorasi tema hubungan keluarga yang retak, kesalahan masa lalu, dan bagaimana mitos serta kepercayaan bisa menjadi nyata dan menghantui mereka yang berani menantangnya.
Dalam ketegangan yang dibangun dengan cermat, penonton dibawa melalui perjalanan emosional Jess dan Chloe, yang pada akhirnya harus berhadapan dengan kengerian dari masa lalu dan mitos yang menjadi nyata.
Film ini tidak hanya menawarkan kengerian, tetapi juga pesan tentang pentingnya menghadapi dan menyelesaikan konflik dalam keluarga serta dampak dari keputusan yang diambil di bawah tekanan ketakutan dan keraguan.
