Pilu Mantan Gurandil: Bertaruh Nyawa di Tambang Emas Demi Nafkahi Keluarga

0

NARASITODAY.COM – Di balik gemerlapnya kilauan emas, tersembunyi kisah pilu para pencari logam mulia atau biasa disebut gurandil, yang harus bertaruh nyawa setiap harinya di lubang tambang milik rakyat di wilayah Kecamatan Leuwiliang, maupun Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.

Salah satu mantan gurandil, sebut saja Rian, menceritakan perjuangannya selama bertahun-tahun sebagai pencari emas yang penuh risiko, bukan hanya dari bahaya alam tetapi juga ancaman aparat yang kerap melakukan patroli.

“Saat bekerja di tambang emas, kami harus siap menghadapi bahaya setiap saat. Kondisi di dalam lubang itu panas, pengap, dan sulit bernapas. Untuk mencapai titik urat emas, kami harus merangkak dalam lubang yang sempit dan berukuran hanya 3×3 meter,” ungkap Rian, Rabu (18/09/24).

Menurut penuturan Rian, perjalanan di dalam lubang tambang bervariasi, tergantung kedalaman dan panjangnya.

Ada yang hanya beberapa meter, namun ada juga yang mencapai puluhan meter.

Baca Juga :  Diduga Rem Blong Truk Pengangkut Batu Kapur di Ciampea Mengalami Kecelakaan Begini Kesaksian Korban

Dalam kondisi tersebut, para penambang harus bertahan hidup di dalam lubang, terkadang selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu.

“Terkadang kita bisa sehari semalam baru sampai ke urat emasnya. Selama di dalam, makan dan kebutuhan lainnya dikirim lewat tali. Kami tidur dan menjalani aktivitas sehari-hari di dalam lubang, seperti hidup normal saja,” katanya.

Namun, bekerja di tambang emas tak hanya soal bertahan di lubang yang sempit dan panas.

Para gurandil juga harus menghadapi ancaman bahaya lain seperti tanah longsor, pertemuan dengan hewan berbisa, serta ancaman tertimpa batu.

“Resikonya besar, dari tertimbun tanah hingga bertemu dengan hewan berbisa seperti kelabang, kalajengking, atau ular. Bahkan, saya pernah tertimbun batu dan tanah saat sedang bekerja di dalam lubang,” keluhnya.

Selain menghadapi bahaya alam, para penambang emas juga harus bermain kucing-kucingan dengan petugas kehutanan dan aparat, mengingat sebagian besar tambang emas yang mereka garap adalah ilegal.

Baca Juga :  Pol PP Leuwiliang Tegur Aktivitas Galian Tanah Diduga Tidak BerizinĀ 

Kendati demikian, Rian mengaku bahwa hasil yang mereka dapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

“Sudah resiko kami, nyawa jadi taruhan. Tapi kalau ada hasil, alhamdulillah cukup untuk kebutuhan keluarga. Meskipun, sering kali kami harus menghindari petugas,” katanya.

Selain itu, para gurandil juga sering menghadapi gangguan supranatural di dalam lubang tambang. Rian bercerita bahwa beberapa penambang mengalami kerasukan dan melihat hal-hal aneh selama bekerja di dalam lubang.

“Kadang ada yang kerasukan, ketemu mahluk halus, atau melihat hal-hal yang tidak masuk akal. Ya, pasti ada rasa takut, tapi mau bagaimana lagi, ini pekerjaan kami,” ujarnya.

Pekerjaan sebagai gurandil bukan tanpa korban. Rian menyebutkan bahwa sudah banyak penambang yang kehilangan nyawa di tambang emas, baik karena tertimbun longsor maupun kecelakaan lainnya. Bahkan, ia sendiri pernah menemukan mayat rekan sesama penambang di dalam lubang.

Baca Juga :  Memanfaatkan Air Hujan, Tim PPK ORMAWA HIMASKA Membangun Sistem Pemanenan Air Hujan di Desa Kalong Liud

“Sudah banyak yang meninggal di tambang emas, apalagi saya pernah menemukan mayat di dalam lubang. Itu sudah hal biasa bagi kami,” tuturnya dengan nada getir.

Meski penuh risiko, Rian telah menjalani profesi ini sejak usia 18 tahun. Kini, setelah 15 tahun menambang emas, ia sulit membayangkan hidup dengan pekerjaan lain.

“Susah mencari pekerjaan lain. Saya sudah terbiasa menjadi gurandil, ini satu-satunya cara untuk menafkahi keluarga,” pungkasnya.

Perlu diketahui kisah Rian (Bukan nama sebenarnya )adalah cerminan perjuangan hidup ribuan penambang emas ilegal di berbagai pelosok Indonesia.

Mereka rela bertaruh nyawa di lubang-lubang tambang demi sesuap nasi, dengan risiko besar yang mereka hadapi setiap hari.***