NARASITODAY.COM – Kemarahan warga Spanyol terhadap pemerintah semakin memuncak setelah Raja Felipe VI dan Ratu Letizia dilempari lumpur dan telur saat melakukan kunjungan ke Paiporta, salah satu daerah yang paling parah terdampak banjir besar yang melanda Valencia.
Insiden ini terjadi pada Minggu, 3 November 2024, ketika pasangan kerajaan tersebut berusaha mendengarkan keluhan masyarakat yang merasa diabaikan oleh otoritas setelah bencana yang telah merenggut lebih dari 200 nyawa dan menyebabkan ribuan orang terpaksa mengungsi.
Warga yang frustasi dengan lambatnya respons pemerintah dalam menangani bencana tersebut meluapkan kemarahan mereka dengan meneriakkan kata-kata cacian seperti “pembunuh!” dan “keluar!” kepada Raja dan Ratu, serta Perdana Menteri Pedro Sánchez yang juga hadir dalam rombongan.
Situasi semakin tegang ketika beberapa demonstran melemparkan lumpur dan benda-benda lain ke arah rombongan kerajaan, memaksa petugas keamanan untuk melindungi mereka dengan payung dan menghalau kerumunan.
Dalam wawancara setelah insiden tersebut, seorang warga bernama Ana Martinez mengungkapkan kekecewaannya. “Kami sudah berhari-hari terjebak dalam lumpur dan tidak mendapatkan bantuan yang kami butuhkan. Ketika mereka datang, kami hanya ingin suara kami didengar,” ujarnya dengan emosional.
Ia menambahkan bahwa banyak keluarga di daerah tersebut masih belum mendapatkan akses air bersih dan listrik setelah banjir melanda.
Raja Felipe VI, meskipun dilempari lumpur, tetap berusaha mendengarkan keluhan warga. Dalam sebuah video yang dirilis oleh kerajaan, terlihat ia berbicara dengan beberapa warga yang tampak emosional.
“Kami di sini untuk mendengar apa yang Anda rasakan dan untuk membantu semaksimal mungkin,” katanya sambil mencoba menenangkan situasi.
Ratu Letizia juga terlihat berinteraksi dengan seorang wanita yang menangis, menunjukkan empati terhadap penderitaan yang dialami masyarakat.
Sementara itu, Perdana Menteri Sánchez mengakui bahwa tanggapan pemerintah sebelumnya “tidak memadai” dan berjanji akan mempercepat pemulihan serta memberikan dukungan lebih kepada daerah-daerah yang terdampak.
“Saya memahami kesedihan dan kebutuhan warga Valencia. Insiden kekerasan ini bukanlah cerminan dari mayoritas warga,” ujarnya dalam pernyataan resmi setelah meninggalkan lokasi lebih awal demi alasan keamanan.
Kunjungan ini mencerminkan ketidakpuasan mendalam masyarakat terhadap penanganan bencana oleh pemerintah, di mana banyak yang merasa bahwa langkah-langkah mitigasi dan respons darurat tidak dilakukan secara efektif.
Dengan lebih dari 3.000 penduduk masih mengalami pemadaman listrik dan akses telekomunikasi terbatas, situasi di Valencia tetap kritis. Para warga berharap agar pengalaman pahit ini menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat di masa depan.***