NARASITODAY.COM – Ketua Markas Pejuang Bogor (MPB), Atiek Yulis, meminta Penjabat (PJ) Bupati Asmawa Tosepu untuk turun tangan membantu Sakti Firmansyah, seorang anak penderita kanker berusia 12 tahun asal Desa Pamijahan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
“Kami percaya PJ Bupati bisa menuntaskan permasalahan sosial, terutama kondisi darurat yang butuh penanganan serius dan jangka waktu lama seperti ini,” kata Atiek saat dihubungi. pada, Kamis malam.
Atiek menilai pemerintah tidak bisa menutup mata terhadap permasalahan seperti ini. Menurutnya, banyak masyarakat mengalami masalah serupa yang belum terselesaikan.
Meskipun biaya perawatan dan pengobatan sudah dicover oleh BPJS, namun kebutuhan Sakti tidak hanya sebatas kesehatan.
Keluarga juga memerlukan bantuan untuk biaya makan, transportasi, dan operasional lainnya yang diperlukan untuk perjalanan bolak-balik ke rumah sakit.
“Pemerintah daerah seharusnya turun tangan untuk hal-hal seperti ini dengan meminta bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) dari banyak perusahaan besar yang ada di Kabupaten Bogor,” saran Atiek.
Ia juga mengusulkan agar tim Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang telah ditunjuk oleh Pemda membantu menjembatani ke perusahaan-perusahaan besar untuk mendapatkan bantuan.
“Sangat miris jika Pemda tidak bisa menyelesaikan permasalahan sosial seperti ini,” tutup Atiek.
Sebelumnya diberitakan bahwa M. Sakti Firmansyah, anak 12 tahun asal Kampung Cilengkong Kaum, Desa Pamijahan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah.
Sakti diduga mengidap kanker, dengan tubuh yang kini kurus kering dan perut yang membuncit. Ketika penyakitnya kambuh, Sakti hanya bisa menangis kesakitan.
“Kalau lagi kambuh, Sakti bilang perutnya seperti disilet-silet, juga panas seperti terbakar,” kata Habibatusolihat, ibu Sakti.
Habibatusolihat menuturkan bahwa pertama kali sakit, anaknya dirawat di RSUD Leuwiliang selama empat hari sebelum dirujuk ke RS Fatmawati untuk menjalani operasi kecil. Setiap 10 hari, Sakti disarankan untuk menjalani kemoterapi.
Namun, kondisi ekonomi keluarga yang hanya berprofesi sebagai penjual ayam potong membuat mereka kesulitan untuk melanjutkan pengobatan Sakti. Mereka berharap ada perhatian dari pemerintah untuk penanganan medis anaknya tersebut.***