Pendidikan yang Lelah

0

Oleh : Muhammad Hilmy Muzhaffar

Ketua Umum Komisariat Universitas Pakuan

Perkembangan pemikiran manusia dalam memberikan batasan tentang makna dan pengertian pendidikan, setiap saat selalu menunjukkan adanya perubahan.

Perubahan itu didasarkan atas berbagai temuan dan perubahan di lapangan yang berkaitan dengan semakin bertambahnya komponen sistem pendidikan yang ada.

Seorang tokoh pendidikan asal Brazil dan teoretikus pendidikan yang berpengaruh di dunia, Paulo Freire mengemukakan bahwa manusia adalah mahluk yang berelasi dengan Tuhan, sesama dan alam.

Dalam relasi dengan alam, manusia tidak hanya berada di dunia tetapi juga bersama dengan dunia. Kesadaran akan kebersamaan dengan dunia menyebabkan manusia berhubungan secara kritis dengan dunia.

Manusia tidak hanya bereaksi secara refleks seperti binatang, tetapi memilih, menguji, mengkaji dan mengujinya lagi sebelum melakukan tindakan.

Baca Juga :  INDAHNYA HIDUP BERDAMPINGAN

Tuhan memberikan kemampuan bagi manusia untuk memilih secara reflektif dan bebas. Dalam relasi seperti itu, manusia berkembang menjadi status pribadi yang lahir dari dirinya sendiri.

Berkembangnya pola pikir para ahli pendidikan, pengelola pendidikan dan pengamat pendidikan yang membuahkan teori-teori baru serta konsep pendidikan yang baru.

Kemajuan alat teknologi turut andil dalam mewarnai perubahan makna dan pengertian pendidikan tersebut.

Pada saat yang sama, proses pembelajaran dan pendidikan selalu eksis dan terus berlangsung. Karena itu, bisa jadi pandangan seseorang tentang makna atau pengertian pendidikan yang dianut oleh suatu negara tertentu, pada saat yang berbeda dan di tempat yang berbeda makna dan pengertian pendidikan itu justru tidak relevan.

Baca Juga :  KURANG ELOK PRAMUKA BERUBAH DARI EKSKUL WAJIB JADI PILIHAN

Namun demikian, selama belum ada teori dan temuan baru tentang makna dan pengertian pendidikan, maka teori dan temuan yang telah ada masih relevan untuk dimanfaatkan sebagai acauan.

Pendidikan merupakan fondasi pembangunan masyarakat yang berkualitas untuk menyongsong upaya dalam mencapai cita-cita suatu bangsa.

Lalu pertanyaannya bagaimana hari ini kondisi pendidikan di Indonesia? Seringkali kita melihat dan mendengar terkait peristiwa-pertiwa dalam dunia pendidikan yang begitu ironi, mulai dari permasalahan sistem pendidikan yang tidak memanusiakan pendidik dan peserta didik hingga tidak meratanya pendidikan di daerah terpencil.

Disisi lain terdapat beberapa kebijakan dalam pendidikan yang justru dapat membuka peluang untuk dijadikannya pendidikan sebagai wadah industri (merujuk pada PP 28/2018 tentang kerja sama daerah)

Realitas ini menggambarkan bahwa tujuan pendidikan di negeri ini tidak akan terlepas dari sistem kehidupan yang mendominasi dunia yakni Kapitalisme.

Baca Juga :  JELANG LAGA MALAM INI, TIMNAS VS AUSTRALIA

Sistem sekuler yang berorientasi materi ini telah menggeser tujuan pendidikan. Alih-alih mencetak intelektual yang siap menggunakan ilmunya untuk perubahan dan penyelesaian masalah masyarakat.

Justru mencetak generasi yang dengan suka rela menjadi tulang punggung penggerak industri dan korporasi.

Potensi besar yang mereka miliki dibajak habis-habisan. Generasi yang harusnya menjadi agen perubahan ter sibukkan dengan pola pikir, dan tujuan hidup yang berorientasi materi.

Segala potensi yang mereka miliki justru mereka habiskan dengan hal-hal unfaedah atau aktivitas yang sebenarnya justru melanggengkan Kapitalisme. Generasi di sistem kapitalisme berubah menjadi generasi lemah, sekuler, individualis, hedonis dan pragmatis yang kehilangan idealismenya.***