Pendidikan yang Membias, Menuju Generasi Emas atau Cemas?

0

Oleh : Adinda Paradila (Ketua BEM FKIP Universitas Pakuan)

NARASITODAY.COM- Pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun sebuah bangsa yang maju dan berdaya saing.

Melalui pendidikan yang berkualitas, kita dapat menciptakan generasi yang cerdas, kreatif, dan inovatif.

Pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang pembentukan karakter, nilai-nilai moral, dan keterampilan hidup.

Namun, tantangan besar masih dihadapi dunia pendidikan di Indonesia.

Ketimpangan akses dan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan masih menjadi masalah yang mendesak.

Selain itu, kurikulum yang belum sepenuhnya relevan dengan kebutuhan zaman membuat lulusan kurang siap menghadapi dunia kerja yang terus berkembang.

Baca Juga :  DINAMIKA PILKADA KABUPATEN BOGOR KERING IDE DAN GAGASAN

Hanya dengan pendidikan yang baik, kita dapat berharap pada kemajuan dan kesejahteraan yang berkelanjutan.

Dewasa ini dunia pendidikan dalam ruang lingkup perguruan tinggi sedang diresahkan terkait kenaikan UKT, kenaikan ini dapat membuat pendidikan menjadi lebih sulit diakses bagi orang-orang yang latar belakang ekonominya kurang mampu.

Ini bisa menciptakan kesenjangan sosial yang lebih dalam dan mengurangi akses kesempatan pendidikan yang adil bagi semua orang.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan lembaga pendidikan untuk mempertimbangkan kebijakan yang memungkinkan akses pendidikan yang lebih inklusif dan merata bagi semua lapisan masyarakat.

Baca Juga :  Dibalik Setiap Era yang Membentuk Sejarah

Kenaikan uang kuliah tunggal (UKT) telah menimbulkan kegaduhan di kalangan mahasiswa baru yang ingin meneruskan studi di perguruan tinggi negeri tahun ini karena biaya pendidikan yang semakin mahal.

Bahkan, langkah ini memicu aksi protes dari para mahasiswa yang menuntut agar pihak universitas dan pemerintah mengkaji ulang kebijakan tersebut serta mencari solusi yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat.

Meskipun ada protes dan petisi menolak, universitas tetap kukuh pada keputusannya dengan alasan peningkatan mutu dan fasilitas pendidikan.

Baca Juga :  Menuju Kabupaten Bogor Gemilang, Calon Bupati Bogor Jaro Ade Siapkan 6000 Beasiswa

Akibatnya, beberapa mahasiswa harus mengambil keputusan berat, termasuk mengambil cuti kuliah atau meninggalkan almamater demi mengejar impian pendidikan yang semakin sulit dicapai.

Peningkatan UKT bukan hanya sekadar angka di dokumen, melainkan dilema nyata yang dihadapi oleh ribuan mahasiswa dalam perjuangan mereka meraih pendidikan tinggi.

Oleh sebab itu, isu tingginya UKT membutuhkan solusi yang jelas sehingga melibatkan banyak pihak, agar peningkatan kualitas pendidikan dapat tercapai tanpa mengorbankan keadilan dan akses yang setara bagi semua lapisan masyarakat.